Sabtu, 25 Juni 2016

teknik-teknik behavior


   A.    SEJARAH SINGKAT PENDEKATAN BEHAVIORISTIK

Perkembangan pendekatan behavior diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen para behaviorist yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Pendekatan ini memiliki perjalanan panjang mulai dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga eksperimen terhadap manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari tiga trend utama, yaitu: trend I: kondisional klasik (classical conditioning), trend II: kondisioning operan (operant conditioning), dan trend III: terapi kognitif (kognitif therapy) (Corey, 1986).
   
    B.     PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Pendekatan behavioral didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekankan pada pentingnya pendekatan sistematik dan terstruktur pada konseling. Pendekatan behavioral berpendapat bahwa perilaku dapat dimodifikasi dengan mempelajari kondisi dan pengalaman. Menurut Latipun (2010) mengatakan bahwa pandangan tentang manusia pada pendekatan behavioristik:
1.      Memandang manusia secara intrinsic bukan sebagai baik atau buruk, tetapi sebagai hasil dari pengalaman yang memiliki potensi untuk segala jenis perilakunya.
2.      Menusia mampu untuk mengkonsepsikan dan mengendalikan perilakunya.
3.      Manusia mampu mendapatkan perilaku baru.
4.      Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana perilakunya juga dipengaruhi orang lain.
  
    C.    KONSEP DASAR PENDEKATAN BEHAVIORISTIK

Pendekatan behavioral didasari oleh pandangan ilmiah  tetang tigkahlaku manusia yaitu pendektan ynag sistemati dan terstruktur dala konseling. Pandangan ini melihat indvidu sebagai produk dari kondisioning sosial, sedikit sekali melihat potensi manusia sebagai produse lingkungan. (Corey, 1986, p. 175). Pada awalnya pendekatan ini hanya mempercayai hal yang dapat diamati dan dukur sebagai sesuat yang sah dalam pengukuran keribadian. Kemudian pendekatan ini dikembagkan lebi lanjut yang mulai menerima fenomena kejiwaan  yang abstrak seperti id, ego, dan ilusi endekatan ini memendang perilaku yag malasua sebagai hasil belajar dari lingkngan secara keliru.
   
    D.   PERILAKU BERMASALAH MENURUT PENDEKATAN BEHAVIORISTIK

Menurut Latipun (2010), perilaku yang bermasalah dalam  pandangan behavior dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah penyesuaian terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Dan perilaku juga dikatakan mengalami salah penyesuaian jika tidak selamanya membawa individu konflik dengan lingkungannya. Perilaku yang perlu dipertahankan atau dibentuk pada individu adalah perilaku yang bukan sekadar memperoleh kepuasan pada jangka pendek, tetapi perilaku yang tidak menghadapi kesulitan-kesulitan yang lebih luas, dan dalam jangka yang lebih panjang.
  
    E.     TEKNIK FLOODING

Pembanjiran (flooding) merupakan teknik modifikasi perilaku berdasarkan prinsip teori yang dikemukakan oleh B.F. Skinner. Pembanjiran (flooding) adalah membanjiri konseli dengan situasi atau penyebab kecemasan atau tingkah laku tidak dikehendaki, sampai konseli sadar bahwa yang dicemaskan tidak terjadi. Pembanjiran harus dilakukan hati-hati karena mungkin akan terjadi reaksi emosi sangat tinggi. Pembanjiran sesuai untuk menangani kasus fobia. Tujuannya untuk menurunkan tingkat rasa takut yang ditimbulkan, dengan menggunakan stimulus yang dikondisikan (condition stimulus) yang dimunculkan secara berulang-ulang sehingga terjadi penurunan, tanpa member penguatan(reinforcement).
   
F.     CARA-CARA PENERAPAN FLOODING

Menurut Komalasari (2011) terdapat dua cara melakukan pembanjiran yang dijadikan alternatif bagi konselor dalam menerapkan flooding:
1.      Invivo
Konselor mencoba membawa konseli hadir pada situasi atau stimulus yang menimbulkan rasa takut dengan segera selama terapi berlangsung, dilakukan selama 1 jam atau lebih setiap sesinya, disertai pencegahan terhadap perilaku untuk menghindari atau lari dari situasi tersebut. Pada kasus-kasus dengan tingkat rasa takut yang sangat tinggi, floodingdapat dilakukan secara bertahap. Misal takut akan ketinggian, dimulai dengan mengajak konseli melihat ke jendela dari ruang lantai 1, lantai 2, sampai ke lantai 10.
2.      Imajeri
Stimulus yang menakutkan bisa dihadirkan juga dengan membayangkan, konselor akan membuat gambaran situasi yang semakin meningkatkan rasa takut dan semakin mencemaskan. Pengalaman konseli membayangkan tanpa disertai akibat yang dahsyat dapat menurunkan tingkat rasa takutnya, dan ia akan siap menghadapi situasi sebenarnya. Tetapi berdasarkan pendapat ahli, proses mengalami langsung lebih efektif. Teknik ini basa digunakan untuk kasus-kasus fobia, obsesif, psikotik. Teknik flooding dikembangkan oleh Stampfl (dalam Komalasari, 2011) dengan nama terapi implosif. Langkah-langkah terapi implosif adalah:
a.       Pencarian stimulus yang memicu gejala.
b.      Menaksir bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala-gejala membentuk perilaku konseli.
c.       Meminta konseli membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkan tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang dihadapi.
d.      Bergerak semakin dekat kepada ketakutan paling kuat yang dialami konseli, dan meminta konseli untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya.
e.       Mengulang prosedur tersebut sampai kecemasan tidak muncul lagi dalam diri konseli.
   
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, Gantina. 2011.  Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. INDEKS
psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/10/behaviorisme.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenapa orang baik?

Kenapa orang baik sering tersakiti? Karena org baik akan selalu mendahulukan org lain, meskipun kebahagiaan ada ditanganya. Dia gamau menik...