Rabu, 29 April 2015

Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kecerdasan

Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental (Mental Hygine) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan, serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan tenteram.
Menurut H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi dan agama. Dalam ilmu kedokteran dikenal istilah psikomatik (kejiwabadanan). Dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan. Jika jiwa berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas, gelisah dan sebagainya, maka badan turut menderita.
Kesehatan mental sangat mempengaruhi kesehatan tubuh seseorang. Seperti yang telah dinyatakan oleh para ahli bahwa ketika jiwa atau mental seseorang terganggu maka bagian tubuh seseorang akan terganggu juga. Misalnya saja ketika seseorang mengalami kesedihan yang sangat sehingga mengalami depresi, maka terkadang kepalanya akan terasa pusing dan sakit yang kemudian menyebabkan seseorang itu pingsan dan tidak sadarkan diri. Contoh lain seorang ibu hamil harus tetap menjaga kestabilan jiwanya karena bisa mempengaruhi kesehatan tubuh dan janin yang dikandungnya.
Beberapa temuan di bidang kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan adanya hubungan tersebut. Jiwa (psyche) dan badan (soma). Orang yang merasa takut, langsung kehilangan nafsu makan, atau buang-buang air, atau dalam keadaan kesal dan jengkel, perut seseorang terasa menjadi kembung. Dan istilah “makan hati berulam jantung” merupakan cerminan tentang adanya hubungan antara jiwa dan badan sebagai hubungan timbal balik, jiwa sehat badan segar dan badan sehat jiwa normal.
Sejak berkembangnya psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Dr. Breur dan S. Freud orang mulai mengenal pengobatan dengan hipnotheria, yaitu pengobatan dengan cara hipnotis. Dan kemudian dikenal pula adanya istilah psikoterapi atau autotherapia (penyembuhan diri sendiri) yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan obat-obatan biasa. Sesuai dengan istilahnya, maka psikoterapi dan autotherapia digunakan untuk menyembuhkan pasien yang menderita penyakit gangguan rohani (jiwa). Dalam usaha penyembuhan itu digunakan cara penyembuhan sendiri usaha dilakukan untuk mengobati pasien yang menderita penyakit seperti ini, dalam kasus-kasus tertentu biasanya dihubungkan dengan aspek keyakinan masing-masing.
Sejumlah kasus yang menunjukkan adanya hubungan antara faktor keyakinan dengan kesehatan jiwa atau mental tampaknya sudah disadari para ilmuan beberapa abad yang lalu. Misalnya pernyataan Carel Gustay Jung “diantara pasien saya setengah baya, tidak seorangpun yang penyebab penyakit kejiwaannya tidak dilatar belakangi oleh aspek agama”.
Aspek agama juga sangat berpengaruh dalam kesehatan jiwa seseorang, kebanyakan orang yang mengalami gangguan pada jiwanya disebabkan karena keyakinan terhadap Tuhan atau aspek keagamaannya kurang. Biasanya seseorang yang tidak mempunyai keyakinan atau agama, ketika seseorang itu mengalami musibah atau peristiwa yang tidak menyenangkan hatinya maka jiwanya akan mudah tergoncang karena dia tidak mempunyai sandaran dan pedoman dalam hidupnya, sehingga untuk mengobatinya pun harus melewati terapi keagamaan pula.

Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Pikiran atau Kecerdasan.
Kecerdasan adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berfikir menurut tujuannya, atau kesanggupan bersikap dan berbuat cepat dengan siatuasi yang berubah, dengan keadaan diluar dirinya yang biasa maupun yang baru.
Bahwa masing-masing individu berbeda dari segi inteligensinya, karena berbeda dari segi inteligensinya maka individu satu dengan yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan sesuatu persoalan yang dihadapi.
Mengenai pengaruh kesehatan mental atas pkiran, memang besar sekali. Diantara gejala yang bisa kita lihat yaitu : sering lupa, tidak bisa mengkonsentrasikan pikiran tentang sesuatu hal yang penting, kemampuan berpikira menurun, sehingga orang merasa seolah-olah ia tidak lagi cerdas, pikirannya tidak bisa digunakan dan sebagainya. Diantara ciri-ciri perilaku yang secara tidak langsung telah disepakati sebagai tanda telah dimilikinya inteligensi yang tinggi.

Daftar Pustaka
Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi Umum. Rineka Cipta, Semarang.
Drs. Zakiyah Daradjat. Kesehatan Mental. CV. Masa Guna, Jakarta.
Drs.Zakiyah Daradjat. Kesehatan Mental. PT.Gunung Agung, Jakarta. 1995

H. Jalaludin. Psikologi Agama, edisi revisi 12. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2009

Fenomena Depresi

Teori Depresi
Depresi telah lama dikenal sejak zaman Yunani, yang oleh Hippocrates disebut melancholi. Hal yang menonjol adalah gejala somatiknya, misalnya sakit kepala, sakit pada saluran pencernaan, mulut kering, perut terasa kembung, nyeri ulu hati dan perut kejang (Tarigan, 2003 : 3). Depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, berupa kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang berakibat mudah lelah setelah bekerja walaupun sedikit dan berkurangnya aktivitas (Departemen Kesehatan RI, 1993 : 140-153). Depresi dapat merupakan suatu gejala atau kumpulan gejala (sindroma) dan dapat pula suatu kesatuan penyakit nosologik (Iskandar, 1981 : 9-16)
Menurut Phillip L. Rice depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilakuan) seseorang. Sedangkan menurut Bandura yakin bahwa depresi adalah disfungsi yang dapat terjadi dalam salah satu dari tiga subfungsi regulasi diri (Hendro, 1998) :
·         Observasi diri, dimana orang dapat salah dalam menilai performa mereka sendiri atau mendistorsi ingatan mereka mengenai pencapaian di masa lalu.
·    Proses penilaian, dimana orang-orang depresi lebih mungkin melakukan penilaian yang salah. Mereka menentukan standar yang tidak realistis dan sangat tinggi, sehingga pencapaian pribadi apapun akan dinilai sebagai kegagalan.
·     Reaksi diri, point terakhir ini mengatakan bahwa reaksi diri orang-orang depresi cukup berbeda dari mereka yang tidak depresi.
Berdasarkan  berbagai definisi yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan pengertian depresi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami simtom-simtom perasaan sedih, tertekan, kesepian, berkurang nafsu makan, membutuhkan usaha lebih besar dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, kesulitan untuk memulai mengerjakan sesuatu, merasa tidak bersahabat dan merasa tidak disukai orang lain

Penyebab Depresi
            Pada orang dewasa, mayoritas pengalaman atau peristiwa hidup yang tidak menyenangkan, menyakitkan ataupun menyedihkan yang mereka alami dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami depresi antara lain sebagai berikut  (Riyawati, 2008 : 32) :
·         Kematian seseorang yang dicintainya
·         Mengidap penyakit kronis
·         Terpisah dari lingkungan sosial dan merasa kesepian
·         Perceraian atau berpisah dan juga hubungan yang disertai dengan kekerasan
·         Ekonomi dan tekanan hidup lainnya (stress)
·         Hubungan keluarga yang renggang
·         Penurunan dalam hal kemampuan yang telah dimiliki
·         Perpindahan atau adanya perubahan gaya hidup, budaya dan lain-lain.

Analisis
            Ciri-ciri seseorang mengalami depresi adalah perubahan kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (tidur, selera makan, aktifitas seksual dan ritme biologis lainnya). Ini menyebabkan masalah dalam hubungan interpersonal, sosial serta pekerjaan. Hal ini juga berkaitan dengan gangguan psikologis lainnya seperti serangan panik, penyalahgunaan obat, gangguan seksual serta gangguan kepribadian.
            Adapan gejala depresi dikelompokkan menjadi 3. Gejala tersebut adalah sebagai berikut :
a.      Gejala Fisik
·         Gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit)
·         Menurunnya tingkat aktivitas
·         Menurunnya efesiensi kerja
·         Menurunnya produktivitas kerja
·         Mudah merasa letih dan sakit
b.      Gejala Psikis
·         Kehilangan rasa percaya diri
·         Sensitive
·         Merasa diri tidak berguna
·         Perasaan bersalah
·         Perasaan terbebani
c.       Gejala Sosial
Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya akan mempengaruhi lingkungan dan aktivitas rutin lainnya. Karena perlu juga dikerahui bahwa lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitive, mudah letih dan mudah sakit. Problem sosial yang terjai biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan orang lain. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, tapi juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada diantara kelompok dan merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.

Daftar Pustaka
Agustino Riyawati. Analisis Gejala dan Faktor Pemicu Depresi Korban Perdagangan Perempuan (Woman Trafficking). Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah. 2008
Citra Julita Tarigan. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepia Organik. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Cet. Pertama. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 1993
Kusumanto R. Iskandar Y. Depresi, Suatu Problema Diagnosa dan Terapi pada Praktek Umum. Yayasan Dharma Graha, Jakarta. 1981
Riyanti, B.P. Dwi, & Prabowo, Hendro. (1998). Seri Diktat Kuliah: Psikologi umum 2. Jakarta: Gunadarma


Kenapa orang baik?

Kenapa orang baik sering tersakiti? Karena org baik akan selalu mendahulukan org lain, meskipun kebahagiaan ada ditanganya. Dia gamau menik...